New Couple
Part two: No matter where destiny brings us
Salah satu sahabatku, punya pacar yg ga seiman. Sahabatku yg lain, diPDKTin ma cowok yg juga ga seiman. Berhubung statusku saat itu adalah milik seseorang yg seiman, aku, dgn jelas berkata, “kalo aku sih ya, kalo udah jelas beda gitu mending aku nahan perasaanku. Berusaha buat ngilangin perasaan yg nggak mungkin terwujud itu.”
I guess my words just strike me back.
I’m fallen for someone whom I shouldn’t love.
Pertama tau kita “berbeda”, emang aku udah berusaha untuk Cuma sekedar suka aja… buat ngeceng2 doang. Ga taunya pepatah Jawa itu bener2 bener. Witing trisna jalaran saka kulina, Cinta datang karna terbiasa. At least itu yang terjadi diantara kami, walopun sebenernya kami udah nahan perasaan dan saling menghindar, krn melihat pengalaman masing2, hubungan ky gini sulit untuk disatuin.
Jadi ketika akirnya dia mengakui perasaannya, ak langsung aja bales,
“tapi aku takut”
”Karina takut apa?”
”takut.... pisah?”
"bukannnya suatu hubungan itu, pasti ADA KEMUNGKINAN pisah?”
"iya...tapi, kakak kan tau..”
"karna kakak Hindu dan Karina muslim?”
Aku ngangguk2...
”ya itu. Sebenernya kakak itu udah berusaha mghindar dari Karina. tp kakak juga ga tau knapa ujung2nya selalu ditemuin ke Karina.”
Aku akirnya ngerti stlh dia nglanjutin kata2nya. Cerita panjang lebarnya itu cukup menjelaskan kenapa dia begitu baik waktu SMSan dan begitu cuek, g jelas, g perhatian bgt di kampus.
Aku juga bingung harus gimana. Perasaanku sama seperti miliknya.
Cinta. Kenapa harus kumiliki untuk seorang yg mungkin sulit untuk kumiliki?
Realistis. Bisakah hubungan ini menjadi nyata?
Apakah aku cukup rasional dan realistis untuk memiliki cinta ini?
Akirnya... ternyata cinta yang menang.
Bilang aku nggak rasional, bilang aku nggak realistis. Yang aku tau, saat ini aku hanya ingin menikmati perasaan ini. Aku ingin bersamanya, sampai entah kapan dan kemana takdir bawa cinta ini nanti.
I guess my words just strike me back.
I’m fallen for someone whom I shouldn’t love.
Pertama tau kita “berbeda”, emang aku udah berusaha untuk Cuma sekedar suka aja… buat ngeceng2 doang. Ga taunya pepatah Jawa itu bener2 bener. Witing trisna jalaran saka kulina, Cinta datang karna terbiasa. At least itu yang terjadi diantara kami, walopun sebenernya kami udah nahan perasaan dan saling menghindar, krn melihat pengalaman masing2, hubungan ky gini sulit untuk disatuin.
Jadi ketika akirnya dia mengakui perasaannya, ak langsung aja bales,
“tapi aku takut”
”Karina takut apa?”
”takut.... pisah?”
"bukannnya suatu hubungan itu, pasti ADA KEMUNGKINAN pisah?”
"iya...tapi, kakak kan tau..”
"karna kakak Hindu dan Karina muslim?”
Aku ngangguk2...
”ya itu. Sebenernya kakak itu udah berusaha mghindar dari Karina. tp kakak juga ga tau knapa ujung2nya selalu ditemuin ke Karina.”
Aku akirnya ngerti stlh dia nglanjutin kata2nya. Cerita panjang lebarnya itu cukup menjelaskan kenapa dia begitu baik waktu SMSan dan begitu cuek, g jelas, g perhatian bgt di kampus.
Aku juga bingung harus gimana. Perasaanku sama seperti miliknya.
Cinta. Kenapa harus kumiliki untuk seorang yg mungkin sulit untuk kumiliki?
Realistis. Bisakah hubungan ini menjadi nyata?
Apakah aku cukup rasional dan realistis untuk memiliki cinta ini?
Akirnya... ternyata cinta yang menang.
Bilang aku nggak rasional, bilang aku nggak realistis. Yang aku tau, saat ini aku hanya ingin menikmati perasaan ini. Aku ingin bersamanya, sampai entah kapan dan kemana takdir bawa cinta ini nanti.
I Made Pariartha,
kuakui kupaksakan, ku bukan manusia sempurna
Tak peduli apa kata yg lain, hati ini hanya ingin dirimu
Dan kini maafkanlah,
Ku telanjur ingini, telanjur sayangi
Semua yg ada di dalam dirimu
-Semua yg Ada-
Dan kini maafkanlah,
Ku telanjur ingini, telanjur sayangi
Semua yg ada di dalam dirimu
-Semua yg Ada-
D’Cinnamons